Friday, March 23, 2007

10 Jawaban Pengusaha

1. Kenapa sih jadi pengusaha?
Jawab: Karena terlanjur! Hahaha … Jujur saja, tadinya karena terlanjur bikin perusahaan, jadi terpaksa serius. Ya begitulah hidup, kadang2 ada saja yang terjadi diluar rencana. Tapi setelah saya renungkan, menjadi pengusaha adalah pilihan hidup saya. Saya tetap menghormati pilihan hidup orang lain. Jadi karyawan juga tidak ada salahnya. Tapi saya pribadi pilih jadi pengusaha. Karena hanya dengan menjadi pengusaha, saya bisa melakukan banyak hal yang tidak mungkin saya lakukan ketika menjadi karyawan, misalnya:- Memiliki potensi pendapatan yang sangat besar. Sementara kalau terus jadi karyawan, setinggi apapun jabatan saya pendapatan saya terbatas.- Hanya dengan menjadi pengusaha saya dapat memberikan kesempatan buat orang lain untuk mencari nafkah di perusahaan saya. Istilahnya, bisa menjadi saluran rizki buat orang lain.- Lebih banyak waktu bersama anak2 dan keluarga saya, sementara pendapatan terus mengalir. Sementara kalau jadi karyawan waktu saya habis tersita untuk perusahaan.

2. Bukankah hidup pengusaha itu susah, tidak bahagia?
Jawab: Ya, ada pengusaha yang tidak bahagia. Banyak juga karyawan yang tidak bahagia. Bahagia sebetulnya kan bukan soal profesi kita apa. Bahagia adalah pilihan hati kita mau bahagia atau tidak. Saya sih pilih bahagia.

3. Tapi kan pusing dan capek mikirin usaha?
Jawab: Ya, memang pusing kalau cuma dipikirin. Makanya usaha tidak untuk dipikirin saja, tapi juga dijalanin. Kalau sudah dijalanin sih pusing nya ilang kok. Diganti sama deg2 an ... hehehe. Dulu sebelum tahu ilmu nya saya juga capek. Dulu tidak ada delegasi ke tim, jadi semua saya jalanin sendiri. Saya ikutan dari mulai jualan, melakukan implementasi, sampai nagih. Caaape’ deeeh. Tapi sekarang dengan delegasi ke tim, alhamdulillah saya bisa lebih rileks.

4. Jadi pengusaha kan bisa bangkrut?
Jawab: Semua ada risiko nya. Jadi pengusaha penuh risiko. Jadi karyawan apalagi. Malah, yang harusnya paling takut perusahaan bangkrut itu justru para karyawan. Kalau perusahaan bangkrut, karyawan langsung dipecat. Kalau perusahaan saya bangkrut, belum tentu saya pribadi ikut bangkrut. Lagi pula saya sedang belajar menciptakan multiple streams of income, supaya sumber pendapatan saya tidak hanya dari satu usaha saja.

5. Gak takut banyak saingan?
Jawab: Dulu ya, saya takut saingan. Tapi setelah dijalani ternyata persaingan itu tidak menakutkan sama sekali. Malah positif buat kita karena memacu kita untuk selalu lebih baik. Kalau kita selalu lebih baik dari saingan, tidak ada lagi yang perlu ditakutkan.

6. Jadi karyawan kan lebih tentram?
Jawab: Ya ini kan soal pilihan. Mungkin jaman orang tua kita dulu menjadi karyawan cukup menentramkan dari segi finansial. Tapi dengan laju inflasi, semakin besarnya biaya sekolah, semakin tingginya biaya hidup, dan sebagainya, kalau saya terus jadi karyawan, justru saya tidak akan bisa tentram lagi ketika anak2 saya kuliah nanti.

7. Sudah punya karir kok ditinggalkan, apa tidak bersyukur kepada Tuhan?
Jawab: Saya sangat bersyukur atas apa yang Allah telah berikan kepada saya. Bahkan, dengan menjadi pengusaha saya semakin memahami arti bersyukur. Dulu, saya tinggal menunggu tanggal 25 semua beres, menghabiskan nya juga enteng saja. Kini, saya semakin dapat mensyukuri setiap rupiah yang saya terima. Betapa dibalik setiap rupiah tadi adalah rizki dari yang Maha Penyayang. Lagipula, menjadi pengusaha memungkinkan saya mengembangkan seluruh potensi yang Allah sudah berikan kepada saya. Itulah salah satu cara saya bersyukur.

8. Gak punya darah pengusaha kok jadi pengusaha?
Jawab: Ya, dulu memang kebanyakan pengusaha tradisional hanya meneruskan usaha orang tua nya. Maka muncul mitos soal darah pengusaha ini. Kenyataannya sekarang siapapun bisa jadi pengusaha. Karena mengelola usaha itu ternyata ada ilmunya dan bisa dipelajari. Saya memang masih belajar, tapi siapapun yg mau belajar insyaAllah pasti bisa.

9. Kenapa gak merangkap saja punya usaha tapi tetap jadi karyawan?Jawab: Ya. Mungkin saja begitu. Saya juga pernah begitu. Tapi kok malah tidak maksimal. Usaha tidak berkembang, jadi karyawan juga gak tenang. Mungkin masalahnya di fokus. Kalau saya bekerja untuk perusahaan orang lain, semestinya dedikasi saya 100% untuk perusahaan itu. Dengan “nyambi“, saya kok merasa “selingkuh“ gitu. Itu kalau saya lho, mungkin orang lain tidak.

10. Kok sering dirumah, sebenernya kerjanya apa sih?Jawab: Hehehe ... begini Oom, memang jaman sekarang sudah maju. Pertama, jasa yang perusahaan saya berikan memang lebih banyak pakai otak daripada otot, jadi saya bisa menyelesaikan sebagian besar kerjaan saya dimanapun lewat internet. Kedua, sebagian besar kerjaan yang butuh kehadiran fisik sudah saya delegasikan pada tim saya yang lebih muda dan lebih pinter, dan saya bayar mahal pula. Jadi saya tinggal memonitor saja. Memang sekarang mungkin aneh, tapi makin lama akan makin banyak orang yang bekerja seperti saya.

Teori Mestakung

Kesuksesan adalah hak setiap insan. Tuhan sesungguhnya mengharapkan manusia untuk selalu berkarya dan meraih kesuksesan di jalan yang diridhoi-Nya. Namun ada satu pertanyaan yang menggoda, "Siapkah Anda untuk turun saat (berhasil) tiba di puncak kesuksesan?" Banyak orang yang mungkin tidak rela bila harus turun tahta dari puncak kesuksesan yang telah mereka raih. Dan, masak iya sih Tuhan tega membawa kita kembali ke "jaman susah" dulu? Adalah sebuah kenyataan, sebuah hukum alam bahwa sebuah puncak gunung itu pasti dikelilingi oleh lembah. Ini adalah ketentuan universal yang tidak bisa dilawan. Saat anda tiba di puncak, maka di saat itu pula bersiap-siaplah untuk turun. Namun ini bukan berarti Tuhan menciptakan ketentuan yang kejam. Tuhan menciptakan "lembah" dengan maksud agar manusia bersiap-siap untuk mendaki puncak berikutnya yang lebih tinggi lagi.

Dalam dunia bisnis, ada istilah product life cycle. Setiap produk mempunyai masa-masa sun rise, masa puncak dan masa sun set. Inovasi menjadi kunci dari terciptanya produk-produk baru. Di saat ada suatu produk yang sudah tenggelam dan ketinggalan jaman, pastilah akan muncul produk penerusnya yang menyempurnakan pendahulunya. Dan siklus ini akan selalu berulang.

Prof. Yohanes Surya telah mengemukakan Teori Mestakung, bahwa di titik balik, di point of no return, seluruh semesta akan mendukung agar kondisi kritis dapat terlewati. Ini adalah sebuah hukum fisika, bahwa roda nasib memang akan selalu berputar, naik lalu turun, kemudian naik lagi, dan seterusnya. Bahkan Prof. Yohanes menganjurkan, kalau kita ingin sukses, maka ciptakanlah kondisi kritis. Tuhan pun sesungguhnya sudah sejak awal mengajarkan kepada manusia bahwa "Sesudah kesulitan pasti akan datang kemudahan." Dalam kitab suci Al Quran ayat ini bahkan diulang sampai 2x berturut-turut. Ini artinya sebuah penegasan dari Tuhan, bahwa untuk meraih kesuksesan, manusia harus bersusah payah terlebih dahulu. There is no such thing as a free lunch. Anda ingin sukses? Siap-siaplah untuk berjuang. Anda ingin "kembali" meraih sukses? Maka siap-siaplah untuk "kembali" berjuang.

Ada dua hal yang menjadi implikasi dari ketentuan universal ini. Pertama, bagi Anda yang sedang berada di puncak kesuksesan, Anda harus mulai mawas diri. Kenapa? Karena ilmu, kelebihan dan kapasitas Anda yang berhasil melejitkan diri Anda saat ini kemungkinan akan expired dalam beberapa waktu ke depan. Anda dituntut untuk terus belajar dan terus berinovasi.
Kedua, bagi Anda yang sedang dalam periode kegagalan, sadarilah bahwa Tuhan itu Maha Penyayang. Lembah kegagalan diciptakan-Nya sebagai sarana awal pendakian Anda menuju kesuksesan. Mendaki toh harus selalu dari bawah, dan menyalip toh harus selalu dari belakang. Tak ada kesuksesan yang abadi, demikian pula, tak ada kegagalan yang abadi.

Tuesday, March 20, 2007

RAHASIA SI UNTUNG

Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesan nya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang2 dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa? Ya, karena sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi “berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini“. Kelompol sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah2 koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: “berhenti menghitung sekarang dan bilang ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!“ Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar2 sial.

Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya “scientific“ ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:

1. Sikap terhadap peluang.Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan? Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan-kemungkinan baru. Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permata nya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: “Mr. Buffet!“ Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain. Ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permata nya. Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari “gut feeling“. Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.Banyak teman saya yang bertanya, “mendengarkan intuisi” itu bagaimana? Apakah tiba2 ada suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu? Wah, kalau pengalaman saya tidak seperti itu. Malah kalau tiba2 mendengar suara yg tidak ketahuan sumbernya, bisa2 saya jatuh pingsan. Karena ini subtektif, mungkin saja ada orang yang beneran denger suara. Tapi kalau pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk, misalnya:- Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. “Gue kok tiba2 deg-deg an ya, mau dapet rejeki kali”, semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering memberi isyarat2 tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba2 meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba2 meriang lagi.- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melihat atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami. Contohnya, waktu saya masih kuliah, saya suka merasa tiba-tiba excited setiap kali melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun kemudian saya ternyata bekerja di kantor tersebut. Ini masih terjadi untuk beberapa hal lain.- Isyarat dari luar. “Follow the omen” demikian kalau kata Paulo Coelho di buku the Alchemist. Baca “isyarat2” dari luar yang datang pada Anda. Saya juga beberapa kali mengalami. Misalnya pernah saja tiba2 di TV saya kok merasa sering melihat iklan suatu perusahaan tertentu, kemudian ketemu teman kok membicarakan perusahaan itu lagi, di jalan melihat iklan perusahaan tadi. Belakangan perusahaan tadi ternyata menjadi klien saya. Jadi kalau akhir2 ini Anda sering berpapasan dengan Mercedez S Class dua pintu, barangkali itu suatu pertanda.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: “wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: “untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit“. Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung terus. Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.Sekolah KeberuntunganBagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck School. Saya yakin Anda semua sudah beruntung dan tidak perlu bersekolah di Luck School. Tapi ada baiknya mengintip sedikit, latihan2 apa yang diberikan di Luck School.Salah satu yang menonjol dari orang sial adalah betapa mereka sering mengabaikan hal-hal yang positif di sekitar mereka. Misalnya salah satu pasien Prof Wiseman, adalah seorang wanita single parent, yang sangat sial. Ketika diminta menceritakan hidupnya akan segera nyerocos menceritakan setiap detil kesialannya. Betapa sulitnya memperoleh pasangan, sudah ketemu pria yang cocok tapi si pria jatuh dari motor, di lain kesempatan si pria jatuh dan patah hidungnya, sudah hampir menikah, gereja nya terbakar, dan sebagainya. Pokoknya benar2 sial. Padahal, dalam setiap interview, si wanita datang membawa 2 orang anak yang sangat lucu2 dan sehat. Sebagian besar dari kita akan merasa sangat beruntung memiliki 2 anak tadi. Tapi tidak bagi si wanita sial tadi. Karena 2 anak lucu tadi tidak ada dalam pikiran si wanita, yang otaknya sudah penuh dengan “kesialan”.Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang2 semacam itu adalah dengan membuat “Luck Diary“, buku harian keberuntungan. Setiap hari, wanita tadi harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi. Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan. Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, semakin mereka akan sadari betapa mereka beruntung. Dan sesuai prinsip “law of attraction”, semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi lucky events yang datang pada hidup mereka.Jadi, sesederhana itu rahasia si Untung. Ternyata semua orang juga bisa beruntung. Termasuk Anda. Siap mulai menjadi si Untung hari ini?

Thursday, March 15, 2007

USAHA TANPA MODAL

Mau berbagi cerita nih,
Sudah lama saya ingin punya bisnis sambilan, beberapa tahun lalu saya coba ber MLM, tapi gonta-ganti MLM nggak ada profitnya, dapet sedikit profit tapi biaya operasionalnya jauh melebihi profit yang saya dapat. tapi lumayanlah seminar dan trainingnya cukup memotivasi untuk selalu berpikir positif dan optimis.
Ngumpulin modal, ternyata sulit juga, ada aja kebutuhan sehingga tabungan nggak kunjung terkumpul.

Tepat 1 bulan lalu, saudara saya berniat menjual sebuah conter isi ulang pulsa HP seharga 5 juta rupiah lengkap plus 4 bh HP didalamnya. saya tinggal meneruskan. tapi jangankan 5 jt, 100rb-pun saya nggak punya, malah bulan lalu saya sedang defisit akibat pengeluaran tak terduganya banyak.

Tapi saya yakin Allah Maha Pengasih, saya yakin akan dapatkan uang itu. dan Alhamdulillah 2 hari kemudian saya dapat pinjaman dari teman 5 jt rupiah dengan pembayaran cicilan 10 bulan plus sebagian keuntungan usaha, teman yang baik hati ini meminjami uang tanpa jaminan, cuma ada surat perjanjian.
1 bulan sudah bisnis voucher saya tekuni, tiap malam saya datang mengontrol pembukuan dan Alhamdulillah NET PROFIT satu bulan ini 800-an rb, bersih setelah dipotong biaya operasionan, sewa kios dan gaji karyawan.

Sebetulnya saya bisa ambil cicilan dari counter tapi resikonya usaha nggak berkembang karena modalnya segitu-gitu aja. maka cicilan 500 rb akan saya ambil dari gaji supaya profitnya menjadi tambahan modal.
Saya pikir, inilah real bisnis, bener-bener modal otak (bukan modal dengkul, karena otak saya bukan didengkul..he..he..he..)
Menurut perhitungan saya profitnya bisa ditingkatkan 2X lipat seiring dengan pertambahan modal. Ah..hidup ini jadi penuh warna, Tuhan Maha Pengasih bagi siapa saja hambaNya yang mau meminta dan berusaha dan yang penting yakin seyakin-yakinnya Allah pasti memberi apa yang kita usahakan.